Sabtu Sore di Alun-Alun Kota

Hangat matahari sabtu sore itu membuat wajahku menjadi elok di depan kamera handphone. Siapa yang tak mengakui, cahaya matahari memang luar biasa di kala ingin ber-selfie ria.

Sore itu, kami menikmati sabtu sore ala anak pecinta alam tapi versi alam kota.
Tidak pergi ke mall, hanya bepergian menikmati taman kota di tengah kemacetan sabtu sore.
Di kotaku, tidak ada pemandangan alam semacam pantai atau bukit-bukit tinggi.
Kami duduk di tengah taman alun-alun.
Teriakan anak-anak kecil menikmati permainan ayunan pun terdengar nyaring dan menggemaskan.

Hangatnya sore itu membawa kami ke dalam percakapan serius.
Mengungkit masa lalu.
Membiacarakan proses kami hingga menjadi saat ini.
Hal kecil namun begitu bermakna.
Sesekali kami berpindah tempat, ikut menikmati permainan ayunan.
Bercanda, melakukan hal-hal konyol sesekali.

Bahkan mengetahui hal yang belum pernah kuketahui,
awal mula bagaimana dia tiba-tiba jatuh hati padaku.
Aku hanya tertawa tidak percaya.
Kemudian sesekali mengejeknya karena takut mengungkapkan di awal merasa.

Kami saling mengakui awal mula perasaan kami ada di dalam diri masing-masing.
Kami tidak berbicara siapa yang pertama jatuh hati.
Karena kami merasa, semua terjadi begitu saja.
Kami tidak mengingat detail kapan rasa itu ada.

Jatuh hati kami, tidak ada dalam rencana kami masing-masing.
Terjadi begitu saja.
Kami menikmati segala prosesnya.

Berbincang tentang hal kecil yang dianggap sepele,
sebenarnya malah menjadi sesuatu yang perlu disyukuri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat