Cinta Pertama Anak Perempuan

5 Juli 2019

Langit mulai memancarkan garis merahnya. Hari telah pagi, namun dingin masih membekas pada pori-pori kulit. Pagi itu, pukul 05.15 WIB di stasiun kecil sudah begitu ramai penumpang menanti keretanya tiba. Hampir semua kursi di ruang tunggu pagi itu penuh. Beberapa penumpang diantar oleh kerabatnya.

Beberapa dari penumpang itu pergi untuk beradu nasib di kota lain, meninggalkan kerabatnya.
Beberapa orang pergi untuk bertemu seseorang yang dirindukannya; aku.
Bagi yang ingin melepas rindu, tak sabar untuk segera berangkat.
Bagi yang sedang melepas kepergian, tak ingin kereta cepat datang.

05.29 WIB. Waktu itu tertera pada tiket keretaku. Ah, masih sembilan menit lagi.
Mataku ingin tidur, ngantuk. Udara dingin pagi itu. Semoga cuaca hari ini cerah.
Melamun memang hal nikmat di kala ngantuk melanda.

Tiba-tiba, ada yang mengganggu lokasi lamunanku. Di depanku, sekitar 4 meter dariku. Ada seorang anak perempuan berusia sekitar 10-12 tahun. Dia menari-nari di depan kami para penumpang. Begitu percaya diri, aku tertawa kecil.

Kemudian dia lari ke arah seorang laki-laki tua,
mungkin itu ayahnya.
Dia memeluk sang ayah dengan ekspresi sedih tidak mau pergi.
Ah, mereka ingin pergi dan sang ayah tak ikut.
Mungkin sang ayah memang harus segera berangkat kerja pagi itu.
Lelaki itu membalas pelukan anaknya dan seakan berkata,
"Tidak apa, nanti kita ketemu lagi."
Terdengar samar suara anak perempuan itu merengek.

Aku menunduk, ada simpul senyum di bibirku.
Cinta pertama seoarang anak perempuan; ayah.

Keretaku datang.
Ternyata anak itu satu kereta denganku.
Kali ini, aku tidak mendapat kursi, berdiri.

Ku buka aplikasi twitter ku untuk menemani kebosanan dan kelelahanku berdiri. Postingan pertama di timeline ku adalah gambar seorang ayah yang menangis di saat menjadi wali nikah anaknya. Hatiku sontak tersentuh, mataku berkaca-kaca. Ah, siapa yang tak ikut terharu jika melihat itu?

Di dalam postingan itu, terlihat sang ayah menangis tersedu setelah mengucap ijab kabul dengan menantunya. Anak perempuannya, sang mempelai wanita pun ikut menangis tersedu. Begitu terlihat air mata sang ayah mengalir deras di pipinya. Seorang gadis kecil yang dia sayangi dan dia jaga selama hidupnya kini telah dewasa, Dengan berat hati dia serahkan kepada lelaki lain. Berharap anaknya akan selalu bahagia dan tidak menangis seperti saat dia tak mampu menuruti keinginan putrinya.

Lalu bagi lelaki yang telah meminang istrinya,
yang diserahkan dengan berat hati dari ayahnya,
semoga selalu bisa menjaga dan membahagiakan sang istri.
Tidak mudah bagi seorang ayah menyerahkan anak perempuannya kepada lelaki yang baru dia kenal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat