Proklamasi Komitmen

Batu, 20 Oktober 2018

Batu, seperti Kota Malang, kota dingin penuh kenangan.
Bagi para perantau kota Malang, Batu adalah tempat kabur ternyaman.
Bagiku, dua kota ini memiliki banyak kenangan.
Entah berapa lama aku tidak mampir ke tempat wisata ini. Dimana semua orang mampu melihat keindahan kota dari atas. Dimana semua bintang merayakan pestanya setiap malam di atas sini.
Aku senang memperhatikan bintang-bintang itu berpesta setiap malam dari sini.
Namun, malam ini tidak mampu kuperhatikan pesta itu. Pesta mereka tertutup kabut.
Namun, kabut itu memberikanku kejutan yang luar biasa, yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Dari atas sini, kabut dapat mempermainkan lampu-lampu kota Batu yang sedang berpijar di bawah sana. Ya, dia membuat lampu-lampu itu seakan-akan mati kemudian menyala perlahan. Layaknya festival lampu yang dinyalakan secara perlahan dan berurutan dari kiri ke kanan. Bahkan, ada pengunjung yang sontak berteriak, "Eh, mati lampu." Seketika aku dan dia berbisik dan menertawakan pengunjung itu. Padahal jelas bahwa itu kabut yang menutupi kota dari atas.

Malam ini, kami menikmati waktu di tempat favorit. Duduk bersila dan menghadap luas ke arah berjuta lampu yang berpijar di bawah sana. Entah bagaimana alur jelasnya, kami merasakan perasaan yang campur aduk. Bahagia, takut, haru, dan segalanya. Apakah penantian kami satu sama lain akhirnya terjawab. Entah siapa duluan yang memproklamasikan. Bagiku, itu tidaklah penting. Percakapan 2 hari ini begitu berat. Namun, nyatanya kami menemukan titik temu. Layaknya sebuah musyawarah Nasional, dua hari kami berdiskusi tentang perasaan dan keinginan masing-masing.

Proklamasi komitmen? Bagiku, ini sebuah langkah kecil yang harus kami perjuangkan. Dingin begitu tidak mampu berkompromi dengan kami. Dingin mebuat kami sulit untuk berpikir dan menyatakan perasaan masing-masing. Logika, untungnya dia masih mau bekerja sama.

Malam itu, tempat itu adalah saksi bisu dari Proklamasi Komitmen bagi kami. Kabut tebal, pijaran lampu di Kota, bintang-bintang yang menyembunyikan pestanya dari kabut, mereka adalah saksi kami. Semoga kami selalu menjaga satu sama lain dan tetap berjuang bersama-sama.
Dia, membuatku tidak takut untuk kembali percaya kepada sebuah cinta.
Meski jarak adalah salah satu tantangan terbesar, kami masih menatap langit yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat