Batas Pertahanan II

4 Februari 2013

Suatu tempat peluapan amarahku
Di sudut kamar
Terduduk ...
Menekuk kedua kaki,
meletakkan kedua lengan di atasnya,
dan menyandarkan kepala pada lengan.
Meringkuk.
Aku tertunduk...
Marah.. Sedih...
Merasa kalah.
Kupejamkan kedua mataku,
Mengatupkan rahang,
Menahan amarah
sendiri...

Bertarung...
Antara hati, emosi, dan kendali diri
Tak akan kubiarkan air mata ini menetes.
Kejujuranku mengalahkan usahaku
Jatuh bangun aku yakinkan diri, melawan hati,
menjadi gadis munafik, dan merusak mimpi
menjadi khayal.

Segala usaha dan kemampuanku
telah aku dongkrak
Untuk menjadi gadis tegas
Tegas pada diri sendiri,
Tegas melawan hati dan mimpi,
Tegas meyakinkan diri...

Ku dongkrakkan segala cara
Cara agar mampu meninggalkannya
Benar-benar meninggalkan
Termasuk bayangan yang selalu ada di pikiranku

Tapi inilah batasku.
Batas kemampuanku mendongkrakkan segala cara
Kejujuranku merusak usaha yang ku dongkrak.

Batas pertahananku.
Bertahan menjadi gadis munafik,
terhadap diri, orang lain, dan dia
Tapi kini aku telah sampai pada batasku
Aku memilih untuk tetap jujur
Tentang apapun yang kurasakan setiap malam
Entah kesemuan, fatamorgana hati
ataupun
kenyataan hati dan kehadiran cinta


Meskipun dia tetap menganggapku sebagai
gadis munafik
Karena di matanya,
dan baginya,
aku adalah gadis termunafik
di seluruh dunia


Meskipun aku sampai pada batasku,
aku (berusaha) takkan jatuh.
Aku tetap berdiri
Belum melangkah (lagi)
Tapi aku akan tetap melangkah
Jika aku menemukan keyakinan dan kemampuanku
untuk meninggalkannya.
Tanpa harus menjadi gadis termunafik
di mata siapa pun
termasuk kau.



-sil-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat