Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Tindakan Apalagi(?)

Kalimat itu masih terngiang di telingaku. Benar-benar menyakitkan. Dia membenciku? Tidak heran. Biarkanlah dia membenciku. Tapi itu sakit sekali. Sungguh. Untungnya aku sudah bertahan selama satu tahun lebih ini. Kabar-kabar tentangnya... selalu menyesakkanku. Satu temanku saja yang menyebut namanya, rasanya nafasku benar-benar berhenti. Tercekat. Sesak sekali. Seperti ada yang menusuk. Bagaikan kayu lapuk yang dipaku oleh palu. Sakit sekali. Dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Sudah banyak hal yang aku lakukan untuk itu semua. Kemunafikkan, kejjuran, kebohongan, dan ... ah aku tidak bisa menyebutkan satu per satu semua itu. Banyak sekali. Dan sekarang aku bingung. Tindakan apalagi yang harus aku perbuat? Untukmu, seseorang yang masih aku cintai. Mungkin inilah yang harus aku lakukan... "Luka yang kau beri memang tidak kecil. Tapi aku tidak pernah berusaha untuk melupakanmu. Aku juga tidak pernah berusaha menghilangkan persaanku padamu. Semua kuserahkan pada wa

Sosok (yang) Berbeda

Langit malam yang begitu indah.  Angin malam mampu menusuk kulitku.  Aku sedang bersantai di teras.  Duduk sendiri dan melamun.  Ah, aku memang selalu seperti ini jika duduk sendiri.  Aku menikmati sunyi malam ini dan menikmati lamunanku.  Aku hanya berpikir.  Memikirkan keadaan diriku. Menjadi dua pribadi yang berbeda. Seseorang yang menjadi dua sosok. Disisi lain aku menjadi diri sendiri, mengikuti isi hati kecilku. Dan disisi lain aku menjadi orang lain, menentang isi hatiku. Bukan, aku tidak munafik. Aku hanya menyangkal isi hatiku, meyakinkan diri bahwa aku bisa dan aku tidak lemah. Aku hanya kalah, terkalahkan dengan perasaanku sendiri. Perasaan cinta pada seseorang. Seseorang yang tak pernah peka akan keberadaanku. Tapi aku tetap saja bertahan. Aku memang payah. Masih terus menunggu seseorang itu disini. Tidak berpindah atau bergeser sedikit pun dari tempatku. Berharap suatu saat dia peka akan keberadaanku. Aku lelah den

(tentang) Cinta

Menurutku, Cinta itu tentang sebuah kisah. Tentang sebuah perasaan. Tentang semua perasaan emosional. Cinta itu tentang waktu. Waktu menunggu dan merasakan bagiamana rasanya itu. Cinta itu sebuah tatapan mata, tapi ternyata cinta itu buta. Tentang sebuah kepercayaan satu sama lain. Cinta juga anugerah. Cinta mengajarkan kita arti dari sebuah kata "sabar" yang berawal dari kata kerja "menunggu". Menunggu yang tepat, cocok dan baik. Cinta juga merubah. Merubah segalanya yang sulit kita percaya. Cinta itu tentang sebuah semangat. Sebuah pengorbanan. Cinta juga tentang sebuah usaha. Usaha untuk tidak menyerah, tetap bertahan. Cinta itu rasa ingin tahu. Cinta juga harus dikejar. Maka, Cinta itu harus memiliki dan dimiliki! Tapi tidak memaksa Cinta itu tentang isi hati kecil. Terkadang, cinta bukan apakah memilih, dipilih, atau apapun itu. Tapi cinta itu terpilih. Misalnya, aku terpilih mencintaimu dan kamu terpilih untuk aku ci

Persimpangan (Jalan)

-Bagian IV- Malam ini aku tiba di persimpanganku Persimpangan selanjutnya Aku harus memilih Jalan mana yang akan kulewati untuk melanjutkan perjalananku Belum sempat aku melangkah ke jalanku, Seseorang itu... Mata itu, tubuh itu, Tenggorokanku tiba-tiba sakit, sesak, sakit sekali dadaku Mataku panas Dia di depanku Melewatiku, Tanpa menoleh ke arahku Dia berjalan lurus Menatap ke depan, fokus fokus akan jalannya, persimpangan yang dipilihnya Tubuhku, Bibirku, Sulit digerakkan, kaku Tanganku bergetar, dadaku semakin sesak Air mataku, menetes memebasahi pipi Aku melihatnya Dia seperti... baik-baik saja Sangat baik, tidak kacau Aku memandang punggung itu yang semakin hilang di ujung jalan Berat sekali untuk melangkah Melangkah melanjutkan perjalananku Kini aku di perjalananku selanjutnya... Refleksku, menghentikan langkah, tercengang Aku disini, berdiri, dan tercengang Aku bertemu dengannya (lagi) di persimpangan jalan tetap di jalan yang b

Persimpangan (Jalan)

-Bagian III- Entah sudah berapa lama aku disini berdiam diri menanti kehadirannya Harapaku itu hanya imajinasiku dan semakin berubah menjadi khayalan, khayalan yang semu Aku putuskan untuk meneruskan Meneruskan perjalananku Rasa sakit ini... Air mata ini... Dan diri ini tak mampu lagi Tak mampu bertahan Meskipun sekarang aku sudah jauh berjalan, aku tetap saja menoleh Menoleh ke belakang Memastikan apakah ada sesosok laki-laki di ujung sana Memastikan apakah sang pujaan hati mengejar Memastikan apakah masa lalu itu akan menjemputku Menjadi masa depan Namun, semua itu ternyata hanya harapan harapan belaka Dan karena itu, aku belum mampu meninggalkannya Belum mampu untuk berjalan lebih jauh lagi Belum mapu tidak melihat ke belakang, masa laluku Karena aku pun masih mencintainya Tapi aku pun tahu diri Aku harus berjalan lagi Mengejar mimpi, meneruskan hidup Berharap, di persimpanganku selanjutnya aku menemukannya (lagi) atau menemukan sesosok pe

Persimpangan (Jalan)

-Bagian II- Hari demi hari... Luka-luka itu kembali datang Lelah... Sakit... Merintih Namun dia tetap disini Dia memberikan luka Luka yang begitu dalam Dan dia tetap memberikan cintanya Setiap malam aku menangis Dia tahu itu Sembilan belas hari Aku dan dia bersama Dan malam ini, 11 Januari, rabu malam Aku dan dia menemukan persimpangan Persimpangan jalan Lalu kami pun berpisah Berpisah di persimpangan itu Alasannya kuat untuk memilih Meilih sakit dan menyakiti Hanya demi sesuatu Sesuatu yang dianggap sebagai tujuan hidupnya Diam... Berdiri... Memandang punggungnya yang semakin jauh dan perlahan-lahan... menghilang Dia telah pergi memilih jalannya Dan aku tak bisa tak bisa untuk memilih persimpangan itu, jalan yang dia pilih Karena dia pun tak ijinkan Air mataku menetes begitu saja Membasahi pipiku Aku masih disini berdiri, menunggu, berharap dari ujung persimpangan itu ada sesosok yang berjalan mendekat, dan dia kembali -sil-

Persimpangan (Jalan)

-Bagian I- Disini, di tepi Sendiri... Tak ada orang satupun Sebatang kara Kulihat sekelilingku, semua gelap Aku dalam kegelapan Kegelapan karena cinta Menghancurkan Tapi aku tetap berjalan Berjalan dalam kegelapan ini terus berjalan Berjalan lurus Persimpangan demi persimpangan, aku abaikan Tetap berjalan lurus Berharap di ujung sana, ada setitik cahaya Hari demi hari aku terus melangkah tertatih... Tapi, malam ini aku melihat sesuatu Di ujung sana ada cahaya yang bersinar Harapanku terus mendesak berharap itu tanda kebangkitanku Ku percepat langkahku Tak peduli sesakit apa kaki ini Aku abaikan semua luka Luka yang menyakitkan Benar!!! Cahaya itu, kini di depanku Bersinar terang Aku menemukan diriku Tapi senyuman siapa itu? Di balik cahaya itu Astaga... Senyuman itu menenangkan sekali Lelaki itu membuatku jatuh cinta Dia memberikannya memberikan cintanya untukku Aku dan dia... Kini perjalananku tidak seburuk masa laluku Kini, disamping