Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

-Kata Terlintas-

Mungkin aku memang sudah lupa bagaimana caranya dan rasanya jatuh cinta. Dan kurasa mudah saja bagiku untuk jatuh cinta lagi jika aku mau. Tapi aku memilih untuk menjaga hati ini. Untukmu. -sil- Aku ada dikerumunan manusia-manusia yang sedang berbahagia. Berbagi canda tawa bersama. Aku merasa tak akan ada lagi kesepian yang menarikku dari sini. Tapi tiba-tiba pikiranku lengang. Tiba-tiba pikiranku mendadak sepi. Dan ada yang mengejarku. Aku berlari dan terus berlari. Sesuatu mengejarku lagi. Ya, kenangan itu masih mengejarku di keramaian ini. Pikiranku terus berusaha untuk berlari dan berlari dari kenangan itu. Dan aku akan terus berlari jika dia masih menghampiri pikiranku... -sil- Ceroboh? Aku tidak ceroboh! Aku hanya... Aku hanya jatuh cinta. Itu saja. Hatiku hanya jatuh cinta. Luka ini bukan kecerobohanku. Menurutku, inilah bagian bagian dari perjalanan aku jatuh cinta. Entah akhir dari bagian itu atau bahkan mungkin hanya salah satu bagian dari jatuh cinta. Mungkin juga i

Larut oleh Malam

Terdengar riuh canda anak-anak kecil di luar sana. Terdengar alunan lembut musik dari tempat ini, di ruangannya. Kini gadis itu merasa berada dikeramaian. Suara teriakan dan canda tawa mereka (anak-anak kecil),  suara musik yang sengaja dia putar.   Dia tersenyum simpul. Setidaknya dia tidak kesepian, gumamnya dalam hati.   Gadis itu baru saja merasakan kebebasan dari beberapa hari yang lalu.   Kebebasan hati...   Dia berhasil melupakan semua perasaanya pada seseorang itu.   Melupakan bahwa dia masih mencintainya. Tapi malam ini, seseorang itu tidak ada di kota yang sama dengannya. Dia juga tidak ada di pulau ini. Dan gadis itu sadar, seseorang itu juga tidak ada di sampingnya, tidak dalam hidupnya (lagi).   Kepergian (dia) dalam hidupnya sudah lama.   Tapi kini dia tidak ada di kota disini, di kota ini. Lagi-lagi gadis itu tersenyum simpul, seakan-akan sedang meremehkan dan memaki dirinya sendiri. Karena masih memikirkan seseorang itu. Malam in

Hujan Malam Itu

Saat itu hujan turun. Begitu deras. Pikirannya kacau malam itu. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Meskipun sesuatu itu telah hilang darinya, dia tetap berpikir bahwa lelaki itu masih inspirasinya. Saat perasaannya telah bebas dari lelaki itu, sesuatu masih suka muncul dipikirannya.  Saat semua rasa tak ada lagi, sebuah harapan sederhana belum terlepas darinya. Kenangan bersama masa lalunya, bagaikan file dalam bentuk 'jpg' di dalam laptop. Semua berurutan, rapi dan indah. Hingga dia menyunggingkan sedikit senyuman yang entah apa artinya. Tapi matanya... Mata itu menceritakan penuh kedukaan. Menjelaskan bahwa ada luka yang menganga di hatinya. Tapi pikirnya, semua itu tetap indah. Matanya mulai berkabut. Tapi pandangannya tetap pada layar laptop. Dan senyuman itu semakin mengembang. Tak dia sadari, tetesan dari matanya pun jatuh ke pipi. Tak ada yang tahu apa arti dari air mata itu. Entah air mata bahagia, entah air mata kesedihan, entah air mata kehilangan

Ruang Rindu

Tak ada orang lain disini Aku sendiri... Meringkuk di sudut ruangan, Dan sendiri dalam diam... Entah ruangan apa ini. Aku takut... Aku menundukkan kepalaku Dan leih meringkuk lagi... Menahan rasa sakit... Dan aku tidak tahu sakit apa ini Seperti ada yang menusuk dadaku. Aku menahan ini. Aku mendongakkan kepalaku. Masih sama! Masih sendiri. Ruangan ini hanya ada aku seorang, Yang duduk meringkuk di sudut ruangan. Ruangan ini luas, putih, bersih, Tapi terlihat semu... abu-abu... Aku benar-benar tidak tahu dimana aku! Tak ada celah disini. Bahkan, aku tak melihat ada pintu di ruangan ini. Aku ingin pergi! Aku tidak mau disini sendirian Dan merasakan sakit yang menusuk ini. Sekarang aku tahu dimana ini...! Aku ingin menangis, tapi tak ada yang harus ditangisi (lagi) Semuanya sudah terlihat jelas. Aku hanya merasakan ini sendiri di ruangan yang luas ini, di ruang rindu... -sil-

Walaupun Sedang Jatuh

Saat hati dan bibir berkata berbeda, saat itulah bibit  'kemunafikan' tumbuh. Apapun alasannya. Dan saat itu juga... seseorang yang dia cintai akan memvonisnya. Hingga tidak akan ada lagi yang percaya padanya. Atau bahkan, dia akan menerima makian orang-orang Mereka tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka tidak mengerti, bahwa inilah satu-satunya jalan untuk dia tetap kuat. Agar tak terlihat benar-benar jatuh. Dan saat itu juga dia telah memvonis dirinya sendiri. Sebagai gadis munafik. Karena dia ingin tetap terlihat berdiri walaupun sebenarnya sedang jatuh. -sil-

Hanya 'harapan'

Aku terpaku! Senyuman itu... Senyuman yang manis. Aku merindukan itu, senyuman yang terukir di bibirnya detik ini. Sudah lama sekali... dan aku masih diberi kesempatan. Hari terakhir kami bertemu. Bukan, bukan untuk tidak bertemu lagi untuk selamanya. Karena aku tidak ingin itu pun terjadi. Tapi ini hari terakhir bertemu sebelum tiga minggu lagi kami akan bertemu lagi. Seandainya... Haha! Kerjaanku selalu hanya berandai-andai  tak pernah terjadi. Sudahlah! Bukankah aku sudah melupakan bahwa aku masih mencintainya? Sampai bertemu lagi! Semoga senyuman itu masih tersisa untuk diri ini esok. Gadis yang penuh dengan harap. Harapan keruh... Harapan yang benar-benar hanya berharap saja bisanya. Haha! -sil-

Hai, Twenty Three!

Gambar
Mungkin... Waktu memang tidak (pernah) berpihak padaku. Perasaan aneh, tidak pernah lelah membuatku bimbang. Bayanngan itu selalu saja berhasil. berhasil mengikuti kemana pikiranku. Hai, apakah kamu tidak lelah? Kamu selalu saja mengikutiku, muncul diselah-selah pikiranku. Aku ingin menikmati kebebasanku sejenak. Tapi kamu selalu datang lagi kesini. Seakan-akan kamu memang sengaja, sengaja mengingatkanku pada tanggal di hari ini. Dua puluh tiga... Gumamku pelan setelah aku baru menyadari itu. Sudah lama sekali... Ah! Apakah seseorang dari bayanganmu mengingat ini? Ah, benar! Kurasa juga tidak! Aku jadi merindukan senyuman itu. Senyuman yang sangat manis... -sil-

He is My Inspiration :)

Saat semua ini menjadi putih... Saat sesuatu itu benar-benar hilang... Aku berani membuka mulutku, bahwa aku sudah lupa. Lupa masih mencintainya. Dan aku tidak akan berbohong, bahwa aku masih mengharapkannya. Meskipun harapan itu telah menjadi serpihan... Aku berharap serpihan itu menjadi hilang. Meskipun aku sudah melupakan bahwa aku masih memiliki perasaan itu... meskipun aku sudah tidak merasakan apa-apa padanya... Aku tidak bisa ingkar, bahwa dia masih inspirasiku . Inspirasiku untuk menulis . Aku hanya ingin menulis... Menuangkan setiap inspirasi itu. Dan sampai saat ini, inspirasiku sepenuhnya adalah darinya... Entah sampai kapan dia akan tetap menjadi inspirasiku... -sil-

Jawaban Gadis Itu

Tanyakan pada gadis itu... Gadis yang sedang duduk sendiri menatap hujan. Gadis yang sedang melamun itu. Hampiri dia dan tanyakana padanya, apa yang sedang dipikirkannya. Dia tidak akan menjawab, Seakan-akan dia tidak menyadari kehadiranmu Coba duduklah di sampingnya Dia akan menoleh ke arahmu dan tersenyum, Seakan-akan sedang menyapamu. Ulangi pertanyaanmu dan dia akan menatapmu lalu tersenyum. Dan disaat itu, coba perhatikan dia! Ada duka yang begitu dalam di matanya. Yang dia lakukan hanya melamun dan tersenyum menertawakan pertanyaanmu dan dirinya sendiri. Tanyakan padanya... Apakah dia pernah merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta, mencintai ataupun dicintai? Lalu dia akan menatapmu seraya berkata, tentu saja, itu sangat indah. Dan perhatikan senyuman yang ia berikan saat dia menjawabmu. Senyuman yang penuh dengan kekecewaan, Namun dia ukir seindah mungin agar tak berubah menjadi ukiran kesedihan. Tanyakan pada gadis itu... Bagaiman

Semu dan Hilang

Mungkin sang hujan sudah terlalu lelah merintikkan airnya. Dan kini giliran sang angin. Udara malam ini begitu menusuk, dingin sekali. Bulu kudu pun berdiri tak kuasa menahan ini. Aku terduduk sendiri saat ini.  Menahan setiap hembusan angin sang malam. Nyaris membuatku mati rasa. Kutelusuri setiap pikiranku dan perasaan ini. Mencari sesuatu yang hilang. Ya, ada yang hilang. Kurasa belum lama hilangnya. Tapi entah apa itu. Kucoba lagi dan lagi. Menelaah setiap pikiran dan perasaan hari-hari kemarin. Tak ingin terlewatkan satu pun. Sedikit demi sedikit aku berhasil mengumpulkan petunjuk itu. Dan benar, aku memang kehilangan sesuatu. Sesuatu yang selama ini selalu menggangguku. Menggangu pikiran dan perasaanku. Tapi aneh, semua itu telah hilang malam ini. Mendadak semu, semakin semu, dan hilang. Benar-benar hilang. Itulah yang kurasa di malam ini. Semua itu sudah menghilang dari rutinitasku satu tahun lebih ini. Aku tak percaya... Ap