Jawaban Gadis Itu

Tanyakan pada gadis itu...
Gadis yang sedang duduk sendiri menatap hujan.
Gadis yang sedang melamun itu.
Hampiri dia dan tanyakana padanya, apa yang sedang dipikirkannya.
Dia tidak akan menjawab,
Seakan-akan dia tidak menyadari kehadiranmu
Coba duduklah di sampingnya
Dia akan menoleh ke arahmu dan tersenyum,
Seakan-akan sedang menyapamu.
Ulangi pertanyaanmu dan dia akan menatapmu lalu tersenyum.
Dan disaat itu, coba perhatikan dia!
Ada duka yang begitu dalam di matanya.

Yang dia lakukan hanya melamun dan tersenyum menertawakan pertanyaanmu dan dirinya sendiri.
Tanyakan padanya... Apakah dia pernah merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta,
mencintai ataupun dicintai?
Lalu dia akan menatapmu seraya berkata,
tentu saja, itu sangat indah.
Dan perhatikan senyuman yang ia berikan saat dia menjawabmu.
Senyuman yang penuh dengan kekecewaan,
Namun dia ukir seindah mungin agar tak berubah menjadi ukiran kesedihan.

Tanyakan pada gadis itu...
Bagaimana rasanya patah hati...
Dia akan terkejut dan diam...
Dia akan menjawab sambil tetap menatap hujan,
Bukankah berani jatuh cinta, harus berani patah hati?

Lalu, tanyakan lagi apa yang selama ini menjadi tanda tanya bagimu untuk gadis itu.
Tanyakan padanya, apakah dia masih mencintai lelaki itu?
Seketika itu, nafasnya tiba-tiba terasa sesak... seakan-akan di bumi sudah tak ada oksigen.
Dan perhatikan dia, rahangnya akan mengatup.
Jika dia tidak menjawab, tanyakan lagi padanya...
Apakah dia masih mengharapkan lelaki itu untuk duduk disampingnya?
Senyuman yang dia ukir detik itu juga adalah usahanya saat itu untuk tidak memperlihatkan kesedihannya.

Dia akan menjawab,
“Aku tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang. Dan aku masih mengharapkannya. Tapi aku akan segera melupakan semua perasaanku ini.”
Lalu katakanlah ini padanya, kamu munafik!
Dia akan tersenyum dan membenarkan kalimatmu.
Karena dia sudah lama memvonis dirinya sebagai gadis munafik.

Dan dia akan berkata,
Aku sudah terlanjur jatuh hati padanya. Aku terlanjur mencintainya saat itu, dan saat itu pula dia pergi. Tidak mudah bagiku untuk melupakan semua perasaan itu. Hari demi hari aku menunggunya dan rasaku untuknya semakin bertambah pula.

Lalu tanyakan padanya, tidakkah kau berniat untuk segera melupakannya dan mencari penggantinya? Bukankah dia sudah tidak mencintaimu lagi?
Dia akan tersenyum dan menghela napasnya lalu berkata, mungkin seperti itu. Tapi tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang. Karena dia pandai merahasiakannya.
Lihatlah tatapannya pada hujan saat ini, angin sang hujan menyapu wajahnya.
Menghempaskan perasaan-perasaan padanya.

Tanyakan ini padanya, "Apa yang kamu lihat dari dia? Dia juga tidak seganteng aktor favoritemu kan?"
Seketika itu dia akan terkekeh menertawakan pertanyaanmu dan mungkin seleranya sendiri.
Saat dia menghentikan tawanya, dia akan diam sejenak sambil merasakan hempasan angin sang hujan kala itu. 
Lalu dia menjawab,
“Dia memang tidak seganteng aktor favoriteku. Tapi aku melihatnya dari sisi yang berbeda. Dari sisi disaat dia mencoba membawaku bangkit dari keterpurukanku. Dari sisi yang tidak bisa kalian lihat, kalian rasakan, yaitu cara dia memberikan cintanya dan hatinya padaku, ketulusan yang benar-benar tulus. Dan saat itulah aku jatuh cinta padanya. Ketulusannya yang tak mampu membuat berhenti mencintainya.”

Saat kamu mengelak jawabannya, “Tapi dia jahat! Dia sudah meninggalkanmu!”
Dia akan membela lelaki itu, “Dia memang meninggalkanku. Tapi dia memiliki alasan untuk meninggalkanku. Dan aku tidak tahu itu. Sesuatu terjadi karena sebuah alasan.”

Dan hembusan sang angin pun semakin kencang, menyapu udara malam pada wajahnya. Matanya pun mulai berkabut. Sang angin berhasil membantu air mata gadis itu untuk menetes.



-sil-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat