Doakan Aku, Sayang

-memorize 12 Mei 2013-

Layaknya sebuah film dokumenter, semua kenangan itu kembali menghampiriku. Tersusun rapi tanpa ada yang terlewat. Seakan masa-masa itu telah direncanakan untuk diambil gambar.
Aku hanya mengikuti langkahku. Dengan jiwa yang menginginkan sebuah kedamaian. Kini aku mengahadang lautan. Berdiri sendiri di pesisir pantai. Seakan telah siap untuk mati demi sebuah kedamaian. Demi sebuah perasaan yang kuharapkan mampu berhenti tanpa sedikit usaha untuk melakukan itu. Demi sebuah senyuman yang mampu kubentuk di bibirku sendiri. Aku hanya ingin bebas. Bebas dari perasaan ini. Sangat menyakitkan karena harus memahaminya sendiri, yang sebenarnya tak mengerti apa yang kurasakan sendiri.
Aku memandang lautan itu. Aku terbawa ke alam bawah sadarku, aku melamun. Tapi aku masih mendengar suara itu. Suara hantaman sang ombak pada karang. Hantaman yang sangat keras. Hingga partikel-partikel air laut menyentuh kulitku. Seandainya aku yang lemah ini adalah karang, mungkin aku tetap kokoh dengan hantaman yang menyakitkan itu. Hantaman cinta yang tak terbalaskan lagi. Seandainya... pasti aku tak akan pernah merasakan keterpurukan. Dan aku tidak akan merasa mati saat itu.
Kurasakan setiap hembusan angin laut. Sangat kencang. Suaranya pun terdengar bising. Dan seakan telah berhasil menembus tubuhku. Berharap semua luka di dada mampu terbawa sang angin yang telah menembus tubuh.
Aku tak habis pikir, aku sudah berjalan sejauh ini tapi bayangannya masih mengikutiku, masih memenuhi pikiranku. Rasanya aku benar-benar ingin pergi. Pergi meninggalkan semua ini. Semua yang telah aku hadapi. Aku ingin lari, ingin pergi. Tapi aku bukanlah gadis pengecut meskipun aku telah memvonis diriku sendiri sebagai gadis munafik. Aku harus menghadapi ini, menyelesaikan semua rasa ini. Akan aku akhiri semua sakit yang ada disini (didada). Aku akan kembali dan melupakan semua perasaanku ini, sayang. Maafkan aku jika aku harus berusaha melupakan semua perasaanku padamu. Aku sudah lelah. Lelah dengan semua rasa sakit yang kurasakan, lelah untuk memahami tentang perasaan ini sendirian. Yang sebenarnya aku juga tidak bisa memahami perasaanku sendiri. Aku lelah, sayang. Tapi bukan, aku bukan kalah. Aku hanya ingin menemukan sebuah senyuman di bibirku dengan bebas. Aku ingin perasaanku bebas, begitu juga dengan diri dan pikiranku. Aku benar-benar ingin melepaskan semua perasaan ini. Aku ingin kembali. Kembali seperti dulu, gadis yang penuh keceriaan dan lepas dari keterpurukan.
Doakan aku, sayang... J


-sil-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat