(ter)vonis

Dan sejak saat itulah aku memvonis diriku sendiri. Memvonis diri sendiri sebagai gadis munafik. Sebelum itu, sudah ada yang memvonisku terlebih dahulu. Dia. Lelaki yang aku cintai, telah memvonisku demikian. Gadis munafik. Sangat keterlaluan, bukan?

Tapi aku tidak membencinya setelah dia memvonisku seperti itu. Karena aku memang tidak bisa membencinya. Sedikit pun itu. Aku terlalu mencintainya. Dan aku menyadari akan vonis-nya itu. Tak lama setelah dia memvonisku, aku memvonis diriku sendiri. Bahwa aku, gadis munafik. Munafik karena sesuatu yang terkadang dianggap remeh namun sebenarnya diinginkan, yaitu cinta. Disisi lain aku biasa saja. Tapi terkadang, di belakangnya aku sangat berbeda. Aku masih mengharapkannya.

Dia tidak hanya memvonisku. Tapi dia juga membenciku. Cintanya yang mekar untukku dulu, kini telah kering dan berguguran. Tak ada lagi cinta di hatinya untukku. Sedangkan aku, semakin mencintainya. Benar-benar payah.

Kemunafikkan ini... hanya ingin menunjukkan kepada semua orang, bahwa aku tidak lemah! Terutama padanya. Aku kuat!!! Meskipun aku masih mencintai pemilik "benci" padaku itu.
Sesungguhnya aku memang lemah. Cinta ini melemahkanku. Aku pernah sekarat! Saat itu aku benar-benar hampir mati. Dia membunuhku, cintanya membunuhku. Cintanya atau cintaku? Aku tidak tahu itu. Yang pasti, "cinta" pernah membunuhku.

Dan saat itulah aku menjadi lemah. Tapi aku berusaha menemukan kekuatanku. Hingga akhirnya aku menemukan topeng. Topeng "kemunafikkan", yang kini telah membuatku tervonis olehnya dan membuatku memvonis diriku sendiri.

Penyesalan pasti ada, karena aku pun juga menyesal membiarkannya pergi. Aku masih mengharapkannya. Tapi saat ini aku tidak tahu bagaimana perasaanku padanya. Karena aku telah mengambil keputusan saat itu. Keputusan untuk berusaha dan belajar melupakan semua perasaanku padanya. Melupakan jika aku mempunyai perasaan padanya. Mungkin mulai berhasil pada diriku. Tapi entah, aku labil, plin-plan.

Seharunya dia kembali... Karena aku sedang menunggunya saat ini. Masih. Jika akhirnya dia kembali padaku, aku dan dia bersama lagi... Tidak akan aku sia-siakan waktu bersamanya. Dan tak akan kubiarkan dia pergi meninggalkanku lagi.


-sil-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat