Gradasi Rindu

Dimana senjaku,
dimana dia?

Dimana inspirasiku,
dimana dia meninggalkanku,
dimana aku meninggalkannya?

Kemana arah persimpangan itu?
Mengapa begitu lama tak berjumpa,
mengapa lama tak bertemu (lagi),
mengapa tak kunjung bersatu (kembali)?

Apa? Bukan, aku tidak berharap lagi.
Harapanku mati kubunuh.
Dia, mati kubungkam seorang diri
di dalam hati.

Persimpangan yang mana?
Aku hanya harus bertemu dengannya,
aku hanya harus bertanya satu hal,
apa itu, penjelasan yang dia tunda.
Penjelasan yang masih dia simpan.

Aku, dia; kami telah mati.
Mati di dalam sebuah cerita,
cerita lama.
Namun dia tetap hidup di setiap sajakku.
Sedangkan aku, tak hidup dalam hidupnya,
sajaknya pun tidak.

Tapi sajak menghidupkanku,
aku hidup dalam diriku sendiri.
Dia hanyalah lembaran besar penuh aksaraku,
hanya kumpulan sajak berbait-bait,
yang akan rapuh dengan sendirinya.

Rapuh oleh 'mati rasa' dari dalam diriku.
Dan aku akan tetap berjalan; meninggalkan.
Tanpa mencari-cari persimpangan
untuk bertemu dengannya.
Just "let it flow".

Perpisahan tak tersirat itu telah lama terjadi.
Aku hanya perlu
membiarkan, melepaskan,
kemudian meninggalkan.
Gradasi ini semakin memudar.
Kami (hanya) memiliki hak untuk saling berkelana~
Dan aku tangguh.

-sil-
(10.01.17)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat