Persimpangan Lain

Sudut matanya memancarkan rindu yang mati tertahan
Harap yang terbunuh oleh ketidakpastian
Duka dalam yang tersembunyi jauh di lubuk hati, tergantung tak berharap di ujung tawanya
Harap seperti tak bernyawa tetap dia rawat
Kenangan-kenangan itu seperti angin yang tak pernah diam, bergemuruh mengalir deras di setiap ingatan,
menaburkan luka pada ladang yang gersang.
Entah sampai kapan berhenti menipu diri
Entah sampai kapan berhenti menyakiti hati sendiri.
Kini saatnya beranjak membasuh air mata dan luka
Menyaring semua pahit dan meninggalkannya
Kini hati telah mampu, hati telah kuat dengan sendirinya
Lelah hati yang tak membiarkan untuk mundur.
Namun hanya perlu berbelok dan memilih persimpangan lainnya, kemudian cukup berkata "aku berhenti" lalu melangkah pada persimpangan baru~

(Juli 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Ujung Dunia

Berubah Itu Menjadi yang Lebih Baik !

(Doa) Tertunda, Mencari Waktu yang Tepat